Mengidentifikasi Risiko Kanker melalui Biologi Komputasi
Andrew Teschendorff sedang mengembangkan alat berbasis komputasi untuk mengidentifikasi sel prakanker berisiko tinggi. Alat ini, CancerStemID, dapat mengevaluasi perubahan ekspresi gen di tingkat sel tunggal. Penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan epigenetik, khususnya metilasi DNA, juga memiliki peran signifikan dalam perkembangan kanker.
Andrew Teschendorff, seorang profesor di Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, tengah mengembangkan alat sistem biologi komputasional untuk mendeteksi sel yang berisiko bertransformasi menjadi kanker. Meskipun sebagian besar kanker disebabkan oleh mutasi genetik yang bertambah seiring bertambahnya usia, perubahan epigenetik seperti metilasi DNA juga berperan penting. Untuk memprediksi risiko kanker, perlu mengukur perubahan genetik dan epigenetik di seluruh jaringan tubuh, tetapi saat ini hal tersebut masih sulit dilakukan.
Kanker umumnya disebabkan oleh gabungan perubahan genetik dan epigenetik. Selama beberapa dekade terakhir, penelitian semakin menunjukkan bahwa tidak hanya mutasi genetik, tetapi juga perubahan pada regulasi gen melalui proses epigenetik mengarah pada perkembangan kanker. Perkembangan teknologi bioteknologi telah memungkinkan penelitian pada ekspresi gen dalam sel tunggal yang berasal dari lesi prakanker, mendorong penelitian lebih lanjut untuk menentukan risiko kanker.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran perubahan epigenetik dalam perkembangan kanker, alat seperti CancerStemID yang dikembangkan oleh Andrew Teschendorff menunjukkan potensi besar dalam memprediksi risiko kanker secara individu. Penemuan ini berpotensi mengubah cara kita mempelajari dan mendiagnosis kanker di masa depan.
Sumber Asli: www.openaccessgovernment.org
Post Comment