Loading Now

Negara Berpenghasilan Tinggi Memimpin, Lainnya Tertinggal dalam Akses Kanker

Studi ESMO menunjukkan ketidaksetaraan dalam akses pengobatan kanker antara negara berpenghasilan tinggi dan rendah. Hanya sebagian kecil obat kanker esensial yang terjangkau di negara berpenghasilan menengah ke bawah. Meskipun ada kemajuan di beberapa negara, kesetaraan dalam akses perawatan kanker masih menjadi tantangan global.

Negara-negara berpenghasilan tinggi umumnya memiliki akses yang baik terhadap pengobatan kanker inovatif dan efektif. Namun, di hampir setengah negara berpenghasilan rendah dan menengah, obat kanker yang dianggap esensial oleh WHO tidak dapat diakses atau terjangkau bagi banyak pasien. Temuan ini berasal dari survei yang dilakukan oleh ESMO, yang hasilnya diterbitkan dalam Annals of Oncology. Survei ini merupakan kelanjutan dari penelitian sebelumnya pada tahun 2016 yang menunjukkan ketidaksetaraan akses terhadap pengobatan kanker.

WHO memperbarui Daftar Obat Esensial (EML) setiap dua tahun, dengan edisi terbaru dirilis pada tahun 2023. Dalam wawancara dengan Univadis Italy, Dario Trapani, MD, menekankan pentingnya pemahaman tentang akses saat ini untuk strategi kontrol kanker global. Trapani menunjukkan bahwa survei ESMO menjadi sumber data penting untuk perencanaan kesehatan global dan strategi pengendalian kanker nasional.

Studi ESMO terbaru menganalisis data dari survei online yang mengkaji ketersediaan, biaya, dan aksesibilitas obat kanker generik esensial. Survei ini melibatkan 317 peserta dari 126 negara dan mengungkapkan ketidaksetaraan signifikan, terutama antara negara berpenghasilan tinggi dan rendah. Kebanyakan terapi kemoterapi dan hormonal tersedia secara luas di negara-negara berpenghasilan tinggi, sementara di negara berpenghasilan rendah, mereka sering kali tidak terjangkau atau tidak tersedia.

Dibandingkan dengan survei ESMO sebelumnya, ada kemajuan yang terdeteksi, namun perjalanan untuk mencapai kesetaraan sejati masih panjang. Beberapa negara berpenghasilan menengah atas, seperti Argentina dan China, telah meningkatkan keterjangkauan untuk obat kanker yang inovatif. Trapani menekankan bahwa kemajuan ini merupakan hasil dari meningkatnya kesadaran global terhadap kanker sebagai isu kesehatan masyarakat yang signifikan.

Negara-negara yang mengadopsi strategi kanker yang efektif memprioritaskan peningkatan kualitas perawatan kesehatan dan pendanaan untuk pengobatan kanker. Kazakhstan, yang berinvestasi dalam pelayanan kesehatan universitas, menjadi contoh penting. Trapani menyatakan bahwa strategi akses terhadap pengobatan kanker harus berlandaskan pada nilai terapi dan keberlanjutan, disesuaikan dengan kemampuan sistem kesehatan untuk mengakomodasi strategi terapeutik baru.

Ketidakseimbangan dalam akses terhadap pengobatan kanker antara negara berpenghasilan tinggi dan rendah merupakan masalah global yang serius. Meskipun dati negara kaya menawarkan banyak akses terhadap inovasi dalam perawatan kanker, banyak negara berpenghasilan rendah dan menengah yang masih kesulitan mendapatkan obat-obatan esensial. Everitas di lapangan ini membutuhkan perhatian lebih untuk perbaikan di tingkat internasional dan dukungan dalam hal anggaran serta kebijakan kesehatan.

Temuan ESMO menunjukkan adanya diskriminasi dalam akses pengobatan kanker di tingkat global. Sementara negara-negara berpenghasilan tinggi menikmati akses yang luas, negara berpenghasilan rendah masih menghadapi tantangan besar. Pengetahuan tentang situasi ini dapat mendorong pembuatan kebijakan yang lebih baik demi pemerataan akses ke pengobatan kanker.

Sumber Asli: www.medscape.com

Sofia Peterson is an acclaimed investigative journalist whose work spans over 15 years, focusing on corporate ethics and accountability. Holding a degree in economics from the University of Helsinki, she seamlessly blends financial understanding with journalistic integrity. Sofia's meticulous investigative approaches have uncovered significant corporate malfeasance, leading to changes in policy and corporate governance. Renowned for her fearless commitment to truth and transparency, she is a mentor to aspiring journalists globally.

Post Comment