Penerima Transplantasi Darah Sumsum Menghadapi Risiko Kanker Kulit Tinggi
Penelitian menunjukkan penerima BMT menghadapi risiko kanker kulit yang lebih tinggi. 16% dari 3.880 pasien yang diteliti mengembangkan kanker kulit. Faktor risiko termasuk usia, jenis kelamin, terapi imunosupresif, dan pengobatan sebelumnya dengan rituximab. Rekomendasi dibuat untuk pengawasan dermatologis yang disesuaikan berdasarkan faktor risiko individu.
Sebuah penelitian besar terbaru menunjukkan bahwa penerima transplantasi darah atau sumsum tulang (BMT) menghadapi risiko kanker kulit yang lebih tinggi setelah prosedur tersebut, terutama bagi mereka yang lebih tua, laki-laki, atau memerlukan terapi imunosupresif pasca-transplantasi. Sekitar 1,5 juta transplantasi sel hematopoietik diperkirakan dilakukan di seluruh dunia. Penelitian ini dipimpin oleh Dr. Kristy K. Broman dari University of Alabama dan mengevaluasi risiko kanker kulit, termasuk karsinoma sel basal, sel skuamosa, dan melanoma.
Dari 3.880 penerima transplantasi yang dipantau selama hampir satu dekade, 16% mengembangkan berbagai jenis kanker kulit. Risiko ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan saudara transplantasi mereka yang tidak mengalami transplantasi. Penerima BMT berusia 70 tahun memiliki dua kali lipat kemungkinan mengembangkan karsinoma sel basal, lebih dari tiga kali lipat untuk karsinoma sel skuamosa, dan hampir dua kali lipat untuk melanoma. Faktor dari pengobatan sebelumnya, termasuk radiasi tubuh total, juga berkontribusi pada risiko ini.
Penelitian menemukan bahwa pasien yang menerima transplantasi setelah usia 50 tahun atau mengalami penyakit graft-vs-host kronis memiliki risiko lebih tinggi. Selain itu, ditemukan hubungan baru antara pengobatan monoclonal antibody sebelum transplantasi, khususnya rituximab, dan peningkatan risiko karsinoma sel basal. Temuan ini dapat mempengaruhi keputusan pengobatan untuk pasien tertentu.
Peneliti merekomendasikan pendekatan skrining yang dipersonalisasi sesuai dengan faktor risiko individu, termasuk usia saat transplantasi dan riwayat penyakit graft-vs-host. Dalam hal faktor perlindungan, pasien Non-Hispanik Putih memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ras dan etnis lainnya, sedangkan pasien kulit hitam menunjukkan tidak ada kasus karsinoma sel basal selama periode studi.
Penelitian menunjukkan bahwa penerima transplantasi darah atau sumsum tulang memiliki risiko kanker kulit yang lebih tinggi, terutama bagi yang lebih tua dan mengalami penyakit graft-vs-host. Penemuan hubungan antara rituximab dan risiko karsinoma sel basal dapat mengubah strategi pengobatan. Rekomendasi untuk skrining yang lebih terfokus adalah langkah penting dalam perawatan pasien pasca-transplantasi.
Sumber Asli: www.managedhealthcareexecutive.com
Post Comment